Teorikonsentris dari Ernest W. Burgess, seorang sosiolog beraliran human ecology.Teori ini merupakan hasil penelitian di kota Chicago pada tahun 1923. Menurut pengamatan Burgess, Kota Chicago ternyata telah berkembang sedemikian rupa dan menunjukkan pola penggunaan lahan konsentris yang mencerminkan penggunaan lahan yang berbeda-beda. Manusia sebagai makhluk sosial sudah tentu memerlukan interaksi baik sesama manusia maupun lingkungan di mana mereka berada. Interaksi yang dilakukan antara manusia dengan lingkungannya menciptakan beragam bentuk pola – pola penggunaan lahan yang cukup beragam. Keberagaman tersebut diakibatkan kondisi lahan yang berbeda – beda, sehingga manusia juga harus memperlakukan lahan tersebut dengan cara yang berbeda lahan untuk membentuk sebuah tata guna lahan harus memperhatikan terlebih dahulu berbagai macam aspek seperti sosial, ekonomi, kebudayaan, adat istiadat, hukum hingga kelembagaan yang nantinya akan berguna dalam membangun rencana tata ruang wilayah ke depannya. Termasuk jika ingin membangun tata ruang untuk wilayah kota yang sudah tentu lebih kompleks jika dibandingkan dengan yang berada di desa. Hingga muncullah berbagai macam teori mengenai struktur ruang kota seperti teori inti ganda, teori konsentris, teori sektoral dan lain sebagainya. Pada pembahasan kali ini akan dibahas secara mendalam mengenai salah satu teori struktur ruang yang banyak diterapkan di beberapa kota di dunia yaitu teori Teori KonsentrisTeori konsentris pertama kali dikemukakan oleh Ernest W. Burgess yang merupakan seorang sosiolog dari Amerika Serikat di mana saat itu melakukan penelitian pada kota Chicago di tahun 1920. Saat itu Burgess berpendapat jika kota Chicago sudah mengalami perkembangan dan juga pemekaran di beberapa wilayah seiring berjalannya waktu serta pertambahan penduduknya. Perkembangan tersebut terus meluas bahkan hingga ke daerah pinggiran. Ia menggambarkan jika pemekaran wilayah yang terjadi di kota Chicago mirip sebuah gelang yang konsentris bisa terjadi di beberapa kota lain seperti yang ada di London, Chicago, Kalkuta, dan Adelaide. Kota – kota tersebut mempunyai lingkungan yang sangat mudah dibangun jalur transportasinya. Sedangkan untuk di Indonesia sendiri cukup sulit membangun kota dengan menerapkan teori konsentris, mengingat jika kontur alam di Indonesia tidaklah rata, ada banyak pengunungan, lembah hingga sungai serta beberapa daerah dipisahkan oleh lautan. Seperti yang kita ketahui kota merupakan suatu objek di mana di dalamnya terdapat masyarakat dengan kehidupan kompleks dan sudah mengalami proses interrelasi antar manusia dan juga manusia dengan Teori KonsentrisDalam teori konsentris terdapat sebuah ciri utama yaitu adanya kecenderungan, terutama di daerah yang berada di dalam cenderung akan memperluas untuk masuk ke dalam daerah berikutnya ke arah luar. Dalam prosesnya mengikuti sebuah urutan yang dikenal dengan nama rangkaian invasi. Cepat atau tidaknya perkembangan suatu kota tergantung dari laju pertumbuhan ekonomi dan penduduknya. Namun apabila jumlah penduduk cenderung mengalami penurunan, maka daerah yang berada di luar akan tetap sama sedangkan pada daerah transisi mengalami penyusutan ke arah dalam daerah pusat bisnis. Penyusutan yang terjadi di pada daerah pusat bisnis akan menciptakan sebuah daerah kumuh komersial serta perkampungan. Pada teori konsentrik terutama dalam aspek ekonomi, semakin dekat dengan pusat kota maka harga tanah akan semakin Zona Pada Teori KonsentrisBerdasarkan model konsentris yang dikemukakan oleh Burgess, perkotaan terbagi menjadi 5 zona yang melingkar dan berlapis – lapis yakniZona 1 Daerah pusat kegiatan Central Business DistrictZona 2 Zona peralihan Transition ZoneZona 3 Zona pemukiman pekerja Zone of working men’s homesZona 4 Zona pemukiman yang lebih baik Zona of better residencesZona 5 Zona para penglaju Zone of commutersUntuk zona 1 atau daerah pusat kegiatan adalah zona pusat kehidupan segala macam aspek seperti sosial, ekonomi, politik dan budaya. Tidak heran jika di dalam zona ini terdapat banyak bangunan utama untuk kegiatan ekonomi, sosial, politik dan budaya. Tidak heran jika Burgess menyebut zona ini sebagai “The area of dominance”.Untuk menjelaskan teori konsentris, Burgess selalu menggunakan istilah ekologis seperti dominasi, invasi dan suksesi. Oleh McKenzie ekologis ini diperjelas lagi secara terperinci. Menurutnya invasi sendiri terbagi menjadi 3 tingkatan yaituInitial Stage tahap permulaanProses ini ditandai dengan adanya gejala ekspansi geografis yang berasal dari suatu kelompok sosial kemudian memperoleh tantangan dari penduduk yang terkena dampak Stage tahap lanjutanPada tahan ini terjadi persaingan yang diikuti oleh proses displacement atau perpindahan, seleksi dan asimilasi. Pada kelompok yang kalah bersaing akan melakukan ekspansi menuju wilayah lain yang lebih Stage tahap klimakJika sudah berada di wilayah atau daerah yang lemah tersebut maka muncul suksesi baru, pada proses ini sudah memasuki tahap proses ini terus berlanjut sehingga zona melingkar konsentris semakin melebar pada suatu kota. Proses berkembangnya hasil tersebut merupakan “Natural Area” yang memiliki keseragaman sifat untuk setiap zona. Untuk mempermudah penerapan teori konsentris bisa dilihat dari kota 1 Daerah Pusat BisnisSalah satu daerah pusat bisnis yang ada di Jakarta berada di Mangga 2 Town Square. Di sini banyak aktivitas perekonomian terjadi hampir setiap hari mulai dari perkantoran hingga pedagang kaki 2 Daerah PeralihanBisa dikatakan jika daerah ini merupakan tempat bagi orang – orang yang tidak memiliki tempat tinggal, seperti pengemis yang tinggal di bawah jembatan. Sudah dipastikan jika lingkungan di sana jauh dari kata layak dan sehat untuk dijadikan tempat 3 Daerah Pemukiman PekerjaPara pekerja yang bekerja di daerah sekitar Menteng di Jakarta Pusat biasanya akan memilih tempat tinggal yang sederhana atau tidak jauh dari tempat kerjanya. Karena ini disesuaikan dengan pendapatan atau upah yang mereka peroleh dan kemampuan mereka untuk menyewa tempat tinggal 4 Daerah Pemukiman Yang Lebih BaikBerbeda dengan zona 3, daerah pemukiman di sini lebih baik dan biasanya berada di wilayah kompleks perumahan seperti di Kelapa Gading. Di kompleks perumahan ini hanya ditempati oleh golongan dengan panghasilan menengah ke atas seperti 5 Daerah Para PenglajuBiasanya daerah ini berada di luar wilayah Jakarta seperti Tangerang dan Depok. Kedua tempat tersebut mempunyai jumlah penduduk yang cukup padat dengan keragaman jenis pekerjaan serta kualitas tempat tinggal yang berbeda pula tergantung dari tingkat pendapatan. Tidak heran jika memasuki jam kerja seperti pagi dan sore, kemacetan lalu lintas tidak dapat penjelasan mengenai teori konsentris. Semoga informasi di atas dapat menambah pengetahuan tentang tata ruang kota berdasarkan teori konsentris. Playthis game to review Geography. Teori Konsentris yang dikemukakan oleh Burgess menunjukkan bahwa pada angka 2 dan 4 merupakan zona Preview this quiz on Quizizz. Quiz Setelah membaca teori keruangan kota ada 3 konsep yakni teori konsentris, sektoral dan inti ganda. Berikut ini merupakan teori struktur kota berdasarkan Ernest W Teori konsentris pertama kali dikemukakan oleh Ernest W. Burgess yang merupakan seorang sosiolog dari Amerika Serikat di mana saat itu melakukan penelitian pada kota Chicago di tahun 1920. Saat itu Burgess berpendapat jika kota Chicago sudah mengalami perkembangan dan juga pemekaran di beberapa wilayah seiring berjalannya waktu serta pertambahan penduduknya. Perkembangan tersebut terus meluas bahkan hingga ke daerah pinggiran. Ia menggambarkan jika pemekaran wilayah yang terjadi di kota Chicago mirip sebuah gelang yang melingkar. Berdasarkan model konsentris yang dikemukakan oleh Burgess, perkotaan terbagi menjadi 5 zona yang melingkar dan berlapis – lapis yakni Zona 1 Daerah pusat kegiatan Central Business District Zona 2 Zona peralihan Transition Zone Zona 3 Zona pemukiman pekerja Zone of working men’s homes Zona 4 Zona pemukiman yang lebih baik Zona of better residences Zona 5 Zona para penglaju Zone of commuters Dalamteori konsentris, daerah pusat kegiatan merupakan pusat kegiatan sosial, ekonomi, budaya dan politik dalam sesuatu kota sehingga pada zona ini terdapat bangunan utama untuk kegiatan sosial ekonomi budaya dan politik. Rute-rute transportasi dari segala penjuru memusat ke zona ini sehingga zona ini merupakan zona dengan derajat - Pengertian kota yang selama ini sering dipakai di Indonesia adalah suatu tempat konsentrasi penduduk, yang lebih padat daripada wilayah di sekitarnya, karena terjadi pemusatan kegiatan fungsional yang terkait dengan aktivitas atau kegiatan penduduknya. Dalam rumusan lain yang kerap pula digunakan di Indonesia, mengutip Modul Perencanaan Kota terbitan UT, kota didefinisikan sebagai wilayah permukiman berpenduduk relatif besar, luas areal terbatas, pada umumnya bersifat nonagraris, kepadatan populasinya relatif tinggi, serta menjadi tempat sekelompok orang yang bertempat tinggal di kawasan geografis tertentu yang cenderung memiliki pola hubungan rasional, ekonomis dan individualistis. Adapun merujuk Kamus Pengembangan Wilayah terbitan Kementerian PUPR 2016, pengertian kota ialah daerah pemusatan penduduk, dengan kepadatan tinggi serta fasilitas modern, dan sebagian besar masyarakatnya bekerja di luar pertanian, sekaligus cenderung berpola hubungan rasional, ekonomis, dan individualistis. Menurut sumber yang sama, definisi istilah lain yang menunjukkan kawasan kota, yakni perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, serta kegiatan ekonomi. Selama ini, ada perbedaan pendapat di kalangan para ahli mengenai definisi kota city serta perkotaan urban. Dua kata itu sering "dipertentangkan" dengan istilah desa village dan perdesaan rural.Muhammad Nuh dan Suhartono Winoto dalam buku Kebijakan Pembangunan Perkotaan 20177 menulis, apabila dikelompokkan, beragam rumusan pengertian kota bisa dibedakan menjadi 2. Pertama, kota dilihat dari definisi umum sebagai suatu daerah terbangun yang didominasi oleh penggunaan lahan untuk kegiatan non-pertanian, dengan jumlah penduduk serta intensitas pemakaian tanah yang tinggi. Definisi ini menekankan fungsi kota untuk kegiatan non-pertanian, permukiman banyak penduduk, dan pemusatan aktivitas ekonomi maupun pelayanan jasa. Kedua, definisi kota dikaitkan secara khusus dengan administrasi pemerintahan. Dalam definisi ini, kota dimaknai sebagai bentuk pemerintahan daerah yang meyoritas wilayahnya merupakan kawasan perkotaan. Definisi pertama lebih sering digunakan dalam studi geografi maupun perencanaan kota. Sebab, rumusan tersebut lebih jelas dalam membedakan mana wilayah yang disebut kota dan bukan, atau desa. Kota menjadi obyek kajian penting dalam ilmu geografi karena wilayah ini bisa berkembang secara cepat dan juga berkaitan erat dengan kehidupan banyak orang yang menghuninya. Salah satu yang dikaji dalam geografi adalah pola keruangan kota. Macam-macam Pola Keruangan Kota Kota pada umumnya bukanlah wilayah yang benar-benar sudah menjadi kawasan perkotaan sejak awal dibangun. Biasanya, wilayah kota semula berupa kawasan perdesaan yang kemudian berkembang secara bertahap menjadi makin ramai, padat penduduk dan tambah lengkap fasilitasnya, serta akhirnya berubah rupa sebagai perkotaan. Merujuk publikasi LPPM UNY 2012 bertajuk "Pola Keruangan Desa dan Kota," keberadaan berbagai fasilitas dan beragam aktivitas di perkotaan kemudian bisa membentuk struktur ruang kota yang khas. Struktur ruang kota itu berbeda dari yang ada di desa, dan juga bisa tidak sama antar-kota. Baca juga Klasifikasi Desa Berdasarkan Ekonomi, Letak Geografis, & Permukiman Pengertian Desa & Klasifikasi Desa Swadaya, Swasembada, Swakarya Struktur ruang kota merujuk pada semua yang ada di sebuah kota, baik bentang alam bukit, gunung, sungai dan lain sebagainya maupun yang dibangun manusia gedung, permukiman, fasilitas industri, saranan transportasi di permukaan ruang kota biasanya memiliki bentuk dan pola tertentu sesuai dengan perkembangan masing-masing dari setiap kawasan perkotaan. Sebagai contoh, di Pulau Jawa, kota-kota pada umumnya dibangun dengan pusat yang terdiri atas alun-alun, masjid agung, kantor pemerintahan, pusat pertokoan, pasar besar, dan rumah sakit. Hal ini tentu tidak ditemukan di negara-negara lain, atau sebagian kota di luar Jawa. Pola keruangan kota juga bisa menunjukkan skema perkembangan wilayahnya. Dari segi perkembangan wilayah kota, mengutip modul Geografi XII KD dan 2020 terbitan Kemdibud, setidaknya ada 4 pola yang sering kali terjadi. Keempat pola perkembangan ruang kota tersebut adalah sebagai berikut1. Pola sentralisasi, yakni pola yang terjadi ketika persebaran kegiatan di kota cenderung mengelompok pada satu wilayah utama. 2. Pola desentralisasi, yakni pola yang terjadi saat persebaran kegiatan di kota cenderung menjauhi pusat atau inti wilayah utama. 3. Pola nukleasi, yaitu pola yang terjadi menyerupai pola sentralisasi, tapi skala ukurannya lebih kecil. Dalam pola nukleasi, inti kegiatan kota masih berada di wilayah Pola segresi, yakni pola yang ditandai dengan persebaran kegiatan kota terpisah-pisah berdasarkan pada situasi sosial, ekonomi, budaya, dan lain keruangan kota juga bisa dianalisis dengan berbagai macam teori atau pendekatan. Setidaknya terdapat 4 teori struktur kota, yakni teori konsentris, teori inti ganda, teori sektoral, dan teori ketinggian bangunan. Berikut ini penjelasannya. Struktur Keruangan Kota Menurut Teori Konsentris Teori konsentris dikembangkan Ernest Watson Burgess 1886-1966, seorang sosiolog dari Amerika Serikat yang mendalami pula kajian perkembangan kota. Teori konsentris lahir dari studi yang dilakukan oleh Burgess terhadap ruang kota Chicago, AS. Dalam teori konsentris, kawasan sebuah kota bisa berkembang dan menunjukkan pola penggunaan lahan yang konsentris. Menurut Burgess, suatu kota akan berkembang membentuk lima zona konsentris. Setiap zona yang muncul akan mencerminkan pola penggunaan lahan tertentu. Adapun perincian 5 zona kota menurut teori konsentris adalah sebagai berikut1. Daerah pusat kegiatan central business district Zona ini adalah pusat kehidupan sosial, ekonomi, budaya, dan politik. Karena itu, di zona ini, ada banyak fasilitas utama untuk kegiatan sosial, ekonomi, politik, hingga budaya. Jaringan transportasi kota juga memusat ke zona ini. Akibatnya, zona pusat kegiatan juga memiliki aksesibilitas yang di zona pusat kegiatan, terdapat gedung-gedung pemerintahan, pusat pertokoan besar, bangunan perkantoran yang bertingkat gedung pencakar langit, bank, hotel, restoran, stasiun, dan lain sebagainya. 2. Zona peralihan transition zone Zona ini banyak dihuni oleh golongan penduduk berpenghasilan rendah dan para migran yang datang atau belum lama melakukan urbanisasi dari desa. Maka itu, zona ini berkembang menjadi kawasan sesak dan perdagangan dan industri di Zona Pusat Kegiatan yang terus meningkat mendorong permukiman murah bergeser ke area zona kedua ini. Zona ini pun mengalami penurunan kualitas lingkungan permukiman yang terus-menerus. Karena itu, di zona kedua ini, kerap muncul daerah permukiman kumuh slums area, dan banyak dari penduduknya juga miskin. 3. Daerah tempat tinggal para pekerja zones of working men’s home Perumahan di zone ketiga ini umumnya lebih baik serta sudah teratur. Mayoritas penghuni zona ketiga ini adalah bekas penghuni zona kedua yang berprofesi sebagai pekerja pabrik, karyawan, dan lain permukiman pekerja berpenghasilan rendah di zona ketiga ini ditandai dengan banyaknya rumah-rumah kecil maupun rumah susun sederhana yang dihuni keluarga besar. Kondisi permukiman di zona ketiga lebih baik dibandingkan dengan zona kedua, meski mayoritas penduduknya masuk kategori menengah ke bawah. 4. Daerah tempat tinggal kelas menengah zone of middle class dwellers Kawasan ini dihuni oleh kelas menengah yang terdiri dari pekerja profesional, pemilik usaha, pengusaha, pegawai berpenghasilan menengah ke atas, dan sejenisnya. Perumahan penduduk di zona ini berupa rumah-rumah pribadi yang lumayan besar dan tertata rapi. Biasanya, ada pusat pertokoan kecil untuk memenuhi kebutuhan warga yang ada di zona keempat status ekonomi penduduknya sudah di level menengah-atas, kompleks perumahan di zona keempat ini sudah dibuat dengan perencanaan yang baik, teratur, nyaman dan memiliki fasilitas memadai. 5. Daerah tempat tinggal para penglaju zone of commutersZona kelima ini berupa kawasan yang sudah memasuki daerah belakang kota hinterland, atau batas desa-kota. Penduduk yang bekerja di kota tetapi bertempat tinggal di pinggiran kota merupakan penghuni zona ini. Zona kelima ini merupakan bagian terluar dari kota dan merupakan kawasan perumahan mewah. Pada lapisan ini hanya ditempati oleh mereka yang mempunyai kendaraan pribadi sehingga dapat pulang-pergi ke tempat kerja di pusat kota. Zona ini berkembang sebagai kawasan yang memicu tumbuhnya kota-kota satelit. Struktur Keruangan Kota Menurut Teori Inti Ganda Harris-Ullman Teori inti ganda dikembangkan pertama kali ole Harris dan Ullmann 1945. Mereka beranggapan bahwa struktur ruang kota tidak tumbuh dalam ekspresi keruangan yang memiliki satu pusat kegiatan. Namun, terbentuk secara terus-menerus sehingga muncul beberapa pusat kegiatan baru di kota yang saling terpisah. Menurut teori inti ganda, struktur ruang kota tidak memiliki urutan yang teratur. Jadi, tidak seperti teori konsentris yang menganggap struktur ruang kota sudah tertata rapi. Teori inti ganda menganggap sangat mungkin tercipta sejumlah titik pusat pertumbuhan baru di suatu itu, teori inti ganda menganggap ada beberapa inti kota dalam suatu wilayah perkotaan. Misalnya komplekspusat pemerintahan, pelabuhan, kompleks kegiatan ekonomi pasar dan mall, dan lain sebagainya, yang muncul tidak di satu area yang yang disebut sebagai inti kota core of city adalah CBD Central Business Districts yang menjadi tempat atau wilayah pusat berbagai kegiatan, termasuk aktivitas ekonomi, pemerintahan, pendidikan, dan ruang kota menurut teori inti ganda adalah sebagai berikut Pusat kota atau CBD Kawasan niaga dan industri ringan Kawasan murbawisma atau permukiman kualitas rendah Kawasan madyawisma atau permukiman kualitas sedang Kawasan adiwisma atau tempat tingga kualitas tinggi Pusat industri berat Pusat niaga atau perbelanjaan lain di pinggir kota Upakota Sub-urban untuk kawasan madyawisma dan adiwisma Upakota Sub-urban untuk kawasan industri. Struktur Keruangan Kota Menurut Teori Sektoral Teori sektor atau sektoral dikemukakan oleh Homer Hoyt, seorang ahli ekonomi dari Amerika Serikat yang populer sebagai perintis kajian perencanaan, penggunaan lahan, serta zonasi teori sektoral, struktur ruang kota bisa berkembang karena ada sektor-sektor yang membentuk sejumlah lingkaran konsentris. DPK atau CBD memang masih berada di pusat kota, tapi bagian-bagian lainnya berkembang menurut sektor-sektor yang bentuknya menyerupai irisan kue tart. Perkembangan seperti ini bisa terjadi karena ada pengaruh faktor geografis alami maupun buatan, seperti bentuk lahan, pengembangan jalan, serta penyediaan sarana komunikasi dan transportasi. Teori sektor membagi wilayah kota menjadi lima bagian, yaitu sebagai berikut 1. Daerah Pusat Kota atau CBD, terdiri atas pusat ekonomi, sosial, pemerintahan, dan Zona wholesale light manufacturing yang terdiri atas industri kecil dan Zona permukiman kelas rendah yang menjadi tempat tinggal pekerja industri di kota dengan penghasilan Zona permukiman kelas menengah yang ditinggali oleh penduduk kota dengan penghasilan Zona permukiman kelas tinggi, yaitu permukiman golongan kelas atas di kota. Struktur Keruangan Kota Menurut Teori Ketinggian Bangunan Teori ketinggian bangunan dikembangkan oleh Bergell 1955. Bergell berpendapat bahwa ketinggian bangunan di wilayah kota perlu diperhatikan untuk menganalisis struktur keruangannya. Variabel ketinggian bangunan perlu menjadi perhatian di kota-kota negara maju, karena terkait dengan hak setiap warga kota mendapatkan kehidupan yang nyaman. Teori ini berkaitan dengan pengaturan ketinggian bangunan dengan penggunaan lahan. Hal ini berguna mencegah kesemerawutan tata ruang kota. - Pendidikan Penulis Addi M IdhomEditor Iswara N Raditya
Sepertihalnya teori konsentris, CBD merupakan pusat kota yang relatif terletak di tengah kota yang berbentuk bundar. b. Zona 2 : Zona Wholesale Light Manufacturing Apabila dalam teori konsentris zona 2 berada pada lingkaran konsentris, berbatasan langsung dengan zona 1, maka pada teori sektor, zona kedua membentuk pula seperti taji (wedge) dan
Teori konsentris – Sadarkah kamu ketika melihat pada sebuah maps atau pemandangan dari atas, ada kota-kota di dunia yang memiliki rupa pola yang sama dan ada pula yang berbeda. Ada kota yang penuh dengan bangunan industrial serta ada juga kota yang sebagian besar adalah bangunan pemukiman. Mengapa begitu? Dalam sebuah wilayah kecil seperti kota bahkan wilayah besar seperti sebuah negara, bangunan dan rumah-rumah didirikan berdasarkan sebuah pola strategis yang konsisten dan terstruktur. Bukan sekedar mencari lahan yang kosong saja. Setiap pembangunan dilakukan berdasarkan tata kota yang mungkin berbeda pada setiap negara. Itulah mengapa ketika kita melalui area pemerintahan, area pendidikan sebagian besar bangunan sekolah satu dengan lainnya memiliki jarak yang dekat. Hal tersebut juga tidak lepas dari peran sebuah tata kota yang mengatur struktur pembangunan pada sebuah wilayah. Dalam skala yang lebih besar, sebuah negara juga dibangun dengan penataan yang konsisten dan adanya pembagian zona wilayah untuk perkotaan, industri, pemukiman dan lainnya. Lalu bagaimana sebuah tata kota mengatur pembangunan serta pembagian wilayahnya? Mempelajari Tata Ruang KotaPengertian Tata Ruang KotaManfaat Tata Ruang KotaMemahami Teori Perencanaan Tata Ruang KotaTeori KonsentrisPembagian Kawasan Dalam Teori KonsentrisCiri Teori KonsentrisTahap Penataan Kota Berdasarkan Teori KonsentrisInitial StageSecondary StageClimax StageBuku Tentang Penataan Kota Mempelajari Tata Ruang Kota Mengapa ada beberapa wilayah kumuh pada sebuah kota? Kenapa pemukiman mewah kebanyakan lebih dekat dengan kawasan pinggiran dari pada pusat kota? Kamu mungkin pernah bertanya-tanya demikian ketika membaca peta atau mempelajari geografi suatu wilayah. Jawabannya adalah mungkin kota yang kamu maksud mengikuti sebuah pola tata ruang kota. Lantas, apa sih sebenarnya tata ruang kota itu? Pengertian Tata Ruang Kota Tata ruang kota adalah sebuah pola yang digunakan oleh pemerintah untuk melakukan penataan pembangunan pada sebuah kota supaya terorganisasi dengan baik. Adanya penataan ruang kota ini supaya dapat mewujudkan wilayah perkotaan yang strategis, nyaman dan indah. Sehingga sarana dan prasarana dapat difungsikan secara maksimal oleh para penduduk kota. Lebih dari itu adanya tata kota juga memungkinkan distribusi yang baik dan cepat dalam hal kebersihan, kebutuhan barang dan perbaikan atau perawatan secara berkala. Ibarat belajar fisika tata ruang kota adalah rumusnya, agar pemerintah tidak salah tempat ketika melakukan pembangunan. Misalnya pada sebuah program perencanaan pembangunan tahunan tentu merupakan sebuah proyek besar yang tidak boleh meleset sedikitpun dari perkiraan. Maka adanya penataan ruang kota akan sangat membantu mereka mendirikan bangunan yang sesuai dengan tempat dan fungsinya. Coba bayangkan, apabila sebuah kota tidak memiliki pola penataan dalam perencanaan pembangunan. Maka yang terjadi adalah kemacetan dimana-mana, tidak hanya jalanan yang tampak penuh sesak namun bangunan juga banyak berdiri di tempat-tempat tidak strategis, sehingga membuat semuanya tampak berantakan. Misalnya sebuah mall yang harusnya berada di wilayah kota dan industri perkantoran, tapi dibangun di dekat pedesaan atau pinggiran. Maka yang mungkin terjadi adalah mall tersebut tidak akan ramai pengunjung. Sebab daya beli masyarakat pedesaan yang rendah membuat penduduk sekitar lebih suka berbelanja di pasar. Oleh karena itu, penataan sebuah kota memiliki peranan penting untuk mewujudkan kota yang nyaman, indah dan strategis. Selain itu ada pula sejumlah manfaat lain dengan adanya tata ruang ini. Manfaat Tata Ruang Kota Melalui penataan dan pengelolaan kota, sebuah wilayah dapat dimanfaatkan secara maksimal hal ini juga memungkinkan adanya pengembangan pada sebuah wilayah di kota. Misalnya pada kawasan industri yang jauh dari pemukiman mampu memaksimalkan produksi mereka sebab tidak prosesnya tidak mengganggu penduduk setempat. Ada pula sebuah kawasan pedesaan yang banyak menghasilkan buah-buahan dapat menjadi desa wisata dan mengembangan potensi desa maupun penduduk setempat. Selain itu, adanya penataan ruang ini juga berfungsi untuk pemerataan pembangunan yang seimbang pada seluruh wilayah di kota, memudahkan perencanaan pembangunan serta memudahkan rencana lokasi untuk investasi di seluruh wilayah kabupaten dan kota. Dengan adanya pola pengaturan dan pengelolaan ruang kota yang baik ini dapat mewujudkan keseimbangan antara wilayah kabupaten dan kota sehingga seimbang dan semakin potensial. Jika kita melalui beberapa tempat di sebuah kota yang memiliki jalur yang baik, rindang dan hijau karena adanya pepohonan, lampu-lampu jalan yang tersusun rapi, bahkan trotoar yang layak bagi pejalan kaki. Semuanya tidak terlepas dari peranan sistem penataan kota ini. sehingga ketika berjalan kamu bisa melihat bahwa segalanya tersusun rapi dan sama. Hal ini tentu menjadi pemandangan yang nyaman bagi siapapun yang melewatinya. Alih-alih untuk sekedar keindahan, sistem tata ruang ini menjadi begitu penting bagi efektifitas penduduk kota. Jalan menjadi tidak macet, tidak ada warung kaki lima yang tersebar semrawut’ dan masih banyak manfaat lainnya yang juga dipaparkan dalam buku tentang penataan kota berikut. Menata Kota Melalui Rencana Detail Tata Ruang M. Arszandi Pratama, Dkk Jika kamu melihat pemandangan kota-kota di negara maju, ada satu perubahan mencolok dengan kota di Indonesia, penataannya. Kota-kota di negara maju sudah jauh lebih dahulu memiliki sistem penataan ruang kota yang strategis dan konsisten. Tentu Indonesia sebagai negara kepulauan juga memiliki kendala dari bentuk topografi alamnya, namun melalui buku ini kamu bisa mempelajari cara penataan kota layaknya negara maju. Sebab, ada banyak kota di Indonesia yang begitu potensial untuk mewujudkan tata kota strategis. Memahami Teori Perencanaan Tata Ruang Kota Seperti yang telah disampaikan, bahwa adanya tata ruang kota ini seperti sebuah rumus bagi pemerintah perencanaan untuk mengatur, mengelola dan menghasilkan kota yang baik. Maka kehadirannya tidak lekang dari sebuah teori-teori yang sedikit banyak mempengaruhi sistem penataannya. Salah satu teori yang terkenal adalah teori konsentris yang menjadi sebuah acuan banyak negara dalam merumuskan cara penataan kota. Teori Konsentris Teori konsentris merupakan sebuah teori pembagian wilayah yang mana dimulai dari pusat perkotaan hingga pinggiran yang membentuk sebuah pola lingkaran atau seperti sebuah gelang. Teori konsentris pertama dicetuskan oleh Ernest W. Burgess yang berprofesi sebagai seorang sosiolog asal Amerika Serikat. Burgess sebelum menemukan teori tersebut telah melakukan penelitian terhadap perkembangan kota Chicago pada 1920. Menurutnya kota tersebut telah berkembang pesat hingga pada zona pinggiran yang membentuk sebuah pola-pola. Pola ini seperti sebuah susunan lingkaran dimana bagian tengah lingkaran merupakan pusat kota. Berdasarkan teori konsentris milik Burgess, sebuah kota terbagi dalam lima kawasan yang mengeliling seperti sebuah lingkaran. Beberapa contoh kota lian yang juga menerapkan penataan ruang kota dengan teori konsentris ini adalah London, Kalkuta dan Adelaide. Di Indonesia sendiri sulit untuk melakukan penataan kota dengan teori konsentris ini sebab topografi tanah yang tidak selalu rata. Kondisi alam kita yang sudah sejak dahulu penuh dengan dataran rendah, dataran tinggi, gunung, hutan dan bahkan terpisahkan laut atau selat menyebabkan kurang memungkinkannya penerapan konsentris ini. Pembagian Kawasan Dalam Teori Konsentris Jika digambarkan pada sebuah kertas, teori konsentris ini berbentuk seperti lingkaran didalam lingkaran yang tersusun dalam 5 bagian. Dimana bagian terkecil berada ditengah-tengah sebagai pusatnya, dan bagian terbesar berada di sisi paling luar. Sesuai yang pernah digambarkan Ernest W. Burgess, konsentris mengacu pembagian zona atau kawasan di 5 wilayah berbeda. Berikut detail penjelasannya berdasarkan model. Kawasan 1 adalah Central Business District Pada zona atau kawasan ini merupakan kawasan pusat untuk kegiatan, yang meliputi segala kegiatan politik, ekonomi, sosial hingga budaya. Semuanya terjadi dalam kawasan ini. Maka pada kawasan satu ini akan ada banyak bangunan perkantoran, mall, perbelanjaan dan lainnya. Sehingga mungkin kawasan pusat ini akan begitu sibuk seperti kota metropolitan yang tidak pernah tidur dan ramai. Kawasan 2 merupakan Zona Peralihan Setelah keluar dari kawasan bisnis, akan ada kawasan dimana kebanyakan merupakan jalan besar, tol, jembatan yang sebagian besar penduduk sekitarnya adalah orang-orang yang tuna wisma. Kawasan 3 yakni Working Men’s Homes atau kawasan Pemukiman Pekerja Di kawasan ini sebagian besar orang yang tinggal atau menempati adalah para pekerja. Kebanyakan orang yang bekerja akan cenderung memilih tempat tinggal yang tidak jauh dari lingkungan kerja mereka. Biaya hidup untuk tinggal di kawasan ini juga cenderung jauh lebih miring daripada pemukiman elit. Ini juga dipengaruhi oleh gaji dan pemasukan para pekerja tersebut setiap bulannya. Kawasan 4 adalah Better Residence atau Pemukiman Yang Lebih Baik Orang-orang yang berada di kawasan ini cenderung memiliki finansial yang juga lebih baik dari penduduk di kawasan lain. Jaraknya yang jauh dari pusat hiruk pikuk kota membuat kawasan pemukiman disini terasa jauh lebih nyaman, tenang dan bersih. Maka tidak heran apabila harga bangunan di daerah ini juga jauh lebih mahal. Kawasan 5 merupakan zona penglaju atau Commuters Dalam kawasan paling luar dari model lingkaran, biasanya daerah ini bisa jaadi merupakan daerah pinggiran atau bisa juga merupakan daerah perbatasan dengan kota atau provinsi lain. daerah pinggiran seperti tepi pantai, pelabuhan dan lainnya apabila kota tersebut memiliki pantai, atau bisa juga sebuah daerah yang menjadi batas peralihan dua kota seperti Tangerang dan Depok. Di kawasan 5 ini pada kota dengan kependudukan yang tinggi, pada umumnya memiliki jumlah penduduk paling padat daripada empat kawasan sebelumnya. Hal ini juga disebabkan karena adanya variasi jenis pekerjaan serta asal para penduduk disana. Ciri Teori Konsentris Apabila sebuah kota dibangun berdasarkan teori konsentris maka kita dapat melihat sebuah ciri yang sangat mungkin terjadi pada penempatan teori ini dalam jangka panjang. Ciri paling besar adalah di dalam daerah pusat bisnis, ada kemungkinan terjadinya perluasan zona yang disebabkan Invasi. Jika sebuah kota memiliki kemajuan ekonomi yang pesat tidak menutup kemungkinan adanya pelebaran kawasan pusat bisnis ini kearah luar sehingga membuat kawasan peralihan menjadi semakin sempit. Ini juga memungkinkan adanya kesenjangan lain seperti timbulnya pemukiman kumuh di antara kawasan pusat. Hal tersebut mungkin terjadi karena semakin tingginya ekonomi di pusat membuat harga tanah dan pangan menjadi semakin mahal, sehingga akan ada penduduk-penduduk di kawasan peralihan yang semakin kurang mampu dan tinggal di ruang kota yang kumuh. Tahap Penataan Kota Berdasarkan Teori Konsentris Dalam proses perwujudannya, sebuah kota atau daerah dapat memberlakukan penataan ruang kota menggunakan teori konsentris, membutuhkan waktu yang lama serta secara bertahap. Bayangkan saja apabila kamu mengatur seluruh ruang dalam rumah saja membutuhkan waktu dan dilakukan secara berkala. Apabila tidak mungkin wujud penataan tersebut tidak akan terjadi sesuai harapan sebab masih ada satu atau dua hal yang terlewat. Kalaupun bisa orang yang melakukannya akan begitu lelah. Begitu pula dengan sebuah kota, adanya kota yang nyaman, rapi dan strategis juga merupakan proyek jangka panjang dimana pengerjaannya harus sedikit demi sedikit. Namun upaya tersebut mungkin akan menjadi lebih mudah dan ringan apabila adanya kontribusi dari banyak pihak juga. Singkatnya ada sejumlah tahapan yang diperlukan untuk mewujudkan teori konstris ini dalam sebuah wilayah. Dalam membangun sebuah daerah supaya dapat terstruktur yang mana di tahap awal akan adanya kemunculan kawasan 1 disebabkan oleh adanya dominasi, Invasi, dan suksesi. Ketika istilah ekologis ini juga kerap disebut-sebut oleh Burgess selama pemaparannya mengenai teori konsentris. Menurut Mckenzie seorang ekologis yang juga mendukung teori ini menyatakan bahwa adanya tata kota konsentris sebagian besar dipengaruhi oleh Invasi yang terbagi pada tiga tahap. Initial Stage Merupakan permulaan dimana ada beberapa hal kecil yang memicu terjadinya ekspansi wilayah. Pada umumnya ini ditandai dengan adanya suatu kelompok sosial yang memperluas ekspansi geografisnya. Secondary Stage Dalam tahap lanjutan ini kemungkinan akan mulai muncul perpindahan, asimilasi dan seleksi kelompok masyarakat. Umumnya pada kelompok masyarakat tersebut melakukan ekspansi Climax Stage Apabila sudah berada di wilayah baru maka akan muncul adanya sebuah suksesi sebagai tahap klimaks. Dengan adanya tiga tahap tersebut maka jelas sebuah penataan kota terbentuk secara bertahap dengan adanya invasi tersebut. Di Indonesia sendiri meskipun masih sulit untuk melakukan penerapan teori konsentris ini namun tidak menutup kemungkinan adanya sejumlah perubahan sistem dalam tata ruang kota selama solusi tersebut lebih baik. Penataan kota ini dapat berjalan dengan baik apabila semua aspek mulai dari pemerintah hingga penduduknya ikut serta membantu menjalankan proses penataan supaya dapat berjalan dengan baik dan lancar. Buku Tentang Penataan Kota Tidak hanya sebuah kota saja, bahkan sebuah desa pun memungkinkan memiliki pola penataan supaya lebih indah dan nyaman. Selain teori konsentris ini, sebenarnya masih ada sistem penataan kota yang sering digunakan yakni dengan sistem sektoral dan inti ganda. Namun apapun teorinya penataan kota ini tidak terlepas dari perencanaan pembangunan gedung, penempatan taman atau hutan dan juga perkiraan jalur transportasi. Semuanya dijelaskan dalam beberapa buku berikut. Model Perencanaan Hutan Kota Model Perencanaan Vegetasi Hutan Kota Mppm Membicarakan sebuah kota yang asri dan nyaman tentu tidak jauh dari hutan dan taman yang mulai banyak diwujudkan pada banyak kota di Indonesia. Maka melalui buku ini kamu bisa memahami bagaimana sistem vegetasi untuk hutan di sebuah kota. Penasaran? Dapatkan bukunya yuk! Bagi kamu yang mungkin mengambil jurusan seperti teknik lingkungan atau pekerjaan lain yang sedikit banyak berhubungan dengan tata kota, kamu juga bisa membaca beberapa literasi yang membahas mengenai sistem penataan pada sebuah kota. Berikut ini beberapa referensi buku yang mungkin dapat membantu kamu mempelajari lebih banyak tentang tata ruang kota. Tapak Penataan Wilayah Bogor Riwayat Kota-Tapak Penataan Wilayah Bogor Litbang Kompas Lanskap Produktif Perkotaan Lanskap Produktif Perkotaan SITI NURUL ROFIQO IRWAN Transformasi Ruang Kota Mencari Keadilan Sosial-Ekologis Prisma Edisi Transformasi Ruang Kota Mencari Keadilan Sosial-Ekologis Tim Prisma Jurnal Dengan mempelajari tata ruang kota kamu bisa mengidentifikasi dan memperkirakan seperti apa tata ruang yang ada di kota kamu. beberapa kota di Indonesia seperti Bogor juga memiliki riwayat penataan kotanya. Seiring berjalannya waktu ruang kota semakin berkembang dan kepadatan penduduk juga akan meningkat. Sehingga selalu ada kemungkinan adanya perubahan sistem perencanaan pembangunan. Jika kamu tertarik, kamu bisa mendapatkan buku lainnya sebagai referensi di Gramedia. ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah." Custom log Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda Tersedia dalam platform Android dan IOS Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis Laporan statistik lengkap Aplikasi aman, praktis, dan efisien
Teoriteori yang melandasi struktur ruang kota yang paling dikenal yaitu: 1. Teori Konsentris (Burgess,1925) yang menyatakan bahwa Daerah Pusat Kota (DPK) atau Central Bussiness District (CBD) adalah pusat kota yang letaknya tepat di tengah kota dan berbentuk bundar yang merupakan pusat kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan politik, serta merupakan zona dengan derajat aksesibilitas tinggi

Zona Geografi - Struktur Ruang Kota - Unsur pembentuk struktur tata ruang kota terdiri dari pusat kegiatan, kawasan fungsional, dan jaringan jalan. Kota atau kawasan perkotaan pada dasarnya dapat dipandang sebagai suatu sistem spasial, yang secara internal mempunyai unsur-unsur yang menjadi pembentuknya serta keterkaitannya satu sama lain. Kota sebagai suatu sistem/tata ruang merupakan wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan maupun tidak, yang mencirikan kawasan dengan kegiatan utama bukan pertanian. Wujud struktural pemanfaatan ruang kota adalah unsur-unsur pembentuk kawasan perkotaan secara hierarkis dan struktural berhubungan satu dengan yang lainnya membentuk tata ruang kota. Wujud struktural pemanfaatan ruang kota di antaranya meliputi hierarki pusat pelayanan kegiatan perkotaan, seperti pusat kota, pusat bagian wilayah kota, dan pusat lingkungan; yang ditunjang dengan sistem prasarana jalan seperti jalan arteri, kolektor, dan lokal. Kota berawal dari sebuah pemusatan penduduk di suatu area. Dengan akal dan pikiran manusia untuk bertahan hidup, terjadi perkembangan di area tersebut yang sehingga dapat dikatakan sebagai sebuah kota. Terdapat berbagai penggunaan tanah yang menunjang aktifitas penduduk. Susunan berbagai penggunaan tanah sebagai komponen – komponen kota kemudian dilihat sebagai sebuah susunan pembentuk kota yang dikenal dengan struktur kota. Studi – studi mengenai geografi perkotaan, terutama struktur kota telah diuraikan oleh beberapa ahli, antara lain Teori Konsentris Concentric Theory oleh Ernest mengenai teori struktur kota dan perkotaan pertama yang dipublikasikan ialah penelitian yang dilakukan oleh Park dan Burgess. Dalam periode tahun 1920-an, Robert E Park bersama dengan Ernest W Burgess melakukan penelitian dengan kota Chicago Amerika serikat sebagai fokus utamanya. Mengadopsi teori evolusi Darwin, dimana kompetisi menjadi hal utama, Park dan Burgess menyatakan bahwa perebutan sumberdaya urban, terutama tanah, akan menuju pada kompetisi di antara kelompok sosial dan yang lebih besar berpengaruh pada pembagian ruang kota ke dalam “ area alami “, dimana manusia dengan karakteristik sosial yang sama akan menempati ruang yang sama pula. Pertarungan untuk mendapatkan tanah dan sumberdaya lain akan berujung pada deferensiasi spasial dari ruang kota menjadi zona – zona yang memiliki kesamaan karakteristik, dengan area ideal memiliki harga tanah yang lebih tinggi. Ketika kotanya semakin makmur, penduduk dan kegiatan perekonomian semakin bergeser keluar dari pusat kota. Menurut suatu kota dibagi menjadi lima zone konsentris yaitu Central Business District CBD atau Daerah Pusat Kegiatan Merupakan daerah yang merupakan pusat dari segala kegiatan kota berfungsi sebagai fokus kegiatan perdagangan, perekonomian, kemasyarakatan, sosial budaya dan teknologi. Zona ini terdiri dari bangunan yang menunjang perdagangan, toko, swalayan, bank, hotel, perkantoran. Transtition Zone atau Daerah peralihan Merupakan daerah yang mengalami penurunan kualitas lingkungan terus menerus dan bertambah besar penurunannya. Daerah ini berupa kawasan perindustrian, diselingi oleh rumah pribadi yang kuno. Banyak di antaranya telah diubah dari perkantoran dan pertokoan atau dibagi – bagi menjadi kawasan perumahan berukuran relatif sempit Zone ini setelah kemudian bangunannya bobrok dimanfaatkan oleh para imigran baru sebagai natural area, yaitu pemukiman kaum miskin sehingga timbullah daerah pemukiman kumuh slum area , yang semakin lama menjadi daerah miskin areas of proverty , disitulah biasanya berpusat pula kenakalan remaja, kejahatan, dan lain sebagainya. Low Class Residential Homes atau Zone Pemukiman Buruh Rendahan Merupakan zona yang berfungsi sebagai pemukiman bagi pekerja – pekerja, antara lain oleh pekerja pabrik, dan industri yang diantaranya adalah pedatang – pendatang baru dari zona peralihan, sekalipun penduduknya masih masuk dalam kategori “ low-medium status. Zona ini dijadikan pilihan sebagai tempat tinggal karena lokasinya yang berdekatan dengan lokasi temat kerja. Zone of better resident atau Zona Pemukiman Buruh Menengah Merupakan zone yang dihuni oleh penduduk yang berstatus ekonomi menengah hingga tinggi. Kondisi ekonomi mereka pada umumnya stabil sehingga lingkungan pemukimannya menunjukkan derajat keteraturan yang cukup tinggi. Fasilitas pemukiman terencana dengan baik, sehingga kenyamanan tempat tinggal dapat dirasakan pada zona ini. Commuters zone atau zona penglaju Timbulnya penglaju merupakan suatu akibat adanya proses desentralisasi pemukiman sebagai damak sekunder dari aplikasi teknologi di bidang transportasi dan komunikasi. Di daerah pinggiran kota mulai bermunculan perkembangan pemukiman baru yang berkualitas tinggi sampai kualitas mewah. Kecenderungan penduduk untuk memilih zona ini didorong oleh kondisi lingkungan daerah asal yang dianggap tidak nyaman dan tertarik oleh kondisi lingkungan zona ini yang menjanjikan kenyamanan hidup yang jauh lebih baik, bebaspolusi, tinggal dengan aman dan nyaman, namun dengan konsekuensi lebih jauh dari tempat bekerja. Pada zone ini, alamnya masih terbuka luas, perumahan – perumahan banyak diselingi suasana pedesaan dan kawasan orang kaya itu berfungsi sebagai kota kecil utuk beristirahat atau tidur malam dormitory towns . Perlu diingat bahwa teori konsentris merupakan model yang ideal yang hanya dapat diterapkan di negara Barat yang maju, ditambahkan oleh Burgess lokasinya di kawasan dimana tidak ada faktor opposing pelawan seperti topografi yang menghambat transportasi dan rute yang merugikan komunikasi. Dalam kenyataannya zona – zona konsentris itu tidak dapat ditemukan dalam bentuk yang Sektoral Sectoral Theory Homer Hoyt pada tahun 1939 memperkenalkan teori sektoral untuk mengatasi ketidaksesuaian terhadap teori konsentris yang sebelumnya telah dikemukakan oleh Burgess. Pemikiran teori ini merupakan perkembangan dari teori konsentris, yang ditandai dengan beberapa kesamaan, seperti terdapat central bussiness district CBD yang berfungsi sebagai pusat kota dan beberapa zona yang mengelilinginya. Namun zone dalam teori ini tidaklah melingkar keluar, namun masih dalam jarak yang sama dari pusat kota atau CBD. Menurut teori sektoral, unit-unit kegiatan di perkotaan tidak mengikuti zona-zona teratur secara konsentris, tetapi membentuk sektorsektor yang sifatnya lebih bebas. Dalam teori sektoral, Hoyt menggambarkan bahwa perkembangan kota dipengaruhi oleh faktor ketersediaan jaringan jalan atau aksesibilitas yag memadai seperti rel kereta api dan jalan raya. Dengan demikian sebuah kota seolah – olah terdiri dari masing – masing sektor yang mengalami perkembangan keluar. Penggunaan tanah yang membedakan teori sektoral dengan teori konsentris adalah keberadaan penggunaan tanah untuk industri, yang tidak dimiliki oleh teori konsentris. Menurut Hoyt, zona industri terletak di sepanjang jalur kereta, begitupun dengan zona pemukiman kumuh atau tempat tinggal buruh. Sementara zona perdagangan berada di daerah dengan harga tanah tertinggi, yaitu di pusat kota. Hal ini dikarenakan terdapat berbagai rute dan moda transportasi menuju daerah perkotaan, seperti rel kereta api, dermaga atau pelabuhan bagi yang berbatasan dengan perairan , serta jalan raya yang menggambarkan mudahnya aksesibilitas. Dengan mudahnya aksesibilitas, maka suatu daerah menjadi strategis dan harga tanahpun akan menjadi mahal. Zona pemukiman menengah dan zona pemukiman atas akan berada menjauh dari kota, terletak di pinggiran kota untuk menghindari kemacetan, bising, dan polusi udara. Secara garis besar, pembagian teori sektoral menurut Hoyt sebagai berikut Central Bussines District atau Daerah Pusat Kegiatan Merupakan pusat daerah kegiatan yang merupakan inti kota. Industri / perdagangan Industri ataupun perdagangan mengikuti aliran sungai, jalur kereta api, jalan raya. Pekerja kelas bawah bekerja di daerah ini memproduksi barang kebutuhan kota. Low Class Residential atau Pemukiman Kelas Bawah Merupakan pemukiman pekerja kelas bawah, dekat dengan lokasi pabrik untuk mengurangi biaya transport. Tingkat polusi di daerah ini sangat tinggi dan lingkungan yang buruk karena pengaruh pabrik. Middle Class Residental atau pemukiman Kelas Menengah Merupakan zona pemukiman terluas, dihuni pekerja dengan taraf ekonomi menengah. Kondisi lingkukngan lebih baik karena agak jauh dari daerah pabrik. High Class Residental atau pemukiman Kelas Atas Merupakan zona pemukiman kelas atas, kondisi lingkungan sangat baik dan sarana transportasi sangat nyaman tanpa kemacetan. Akses menuju pusat kota sangat Inti Ganda Multiple Nuclei Theory Teori ini dikemukakan oleh Chauncy Harris dan Edward Ullman pada tahun 1945, yang kemudian lebih dikenal dengan teori HarrisUllman. Mereka berpendapat bahwa meskipun dalam suatu kota terdapat pola konsentris dan sektoral, namun kenyataannya lebih rumit dari apa yang sekedar diteorikan Burgess dan Hoyt. Harris dan Ullman menjelaskan, suatu kota bermula dari sebuah CBD atau pusat kota, namun dalam perkembangannya kota memiliki sub-pusat atau inti – inti baru sebagai dampak dari aglomerasi. Pertumbuhan kota yang berawal dari suatu pusat menjadi bentuk yang kompleks. Bentuk yang kompleks ini disebabkan oleh munculnya nukleus-nukleus baru yang berfungsi sebagai kutub pertumbuhan. Nukleus-nukleus baru akan berkembang sesuai dengan penggunaan lahannya yang fungsional dan membentuk struktur kota yang memiliki sel-sel pertumbuhan. Nukleus kota dapat berupa kampus perguruan tinggi, bandar udara, kompleks industri, pelabuhan laut, dan terminal bus. Keuntungan ekonomi menjadi dasar pertimbangan dalam penggunaan lahan secara mengelompok sehingga berbentuk nukleus. Misalnya, kompleks industri mencari lokasi yang berdekatan dengan sarana transportasi. Perumahan baru mencari lokasi yang berdekatan dengan pusat perbelanjaan dan tempat pendidikan. Dalam teori ini tidak ada urutan-urutan yang teratur dari zona-zona kota seperti halnya pada teori konsentris dan sektoral, walaupun CBD yang sebenarnya masih berfungsi sebagai pusat kota. Kegiatan – kegiatan yang memiliki kemiripan akan berlokasi dalam satu area dan menciptakan subpusat dalam suatu kota, sehingga memiliki kesan terbentuk “ inti-inti “ baru bagi masing – masing area. Berikut penjelasan mengenai masing-masing zona dalam teori pusat kegiatan berganda Central Business District atau Daerah Pusat Kegiatan Seperti halnya teori konsentris dan sektoral, zona ini berupa pusat kota yang menampung sebagian besar kegiatan kota. Zona ini berupa pusat fasilitas transportasi dan di dalamnya terdapat district spesialisasi pelayanan, seperti “retailing” distrik khusus perbankan, theater dan lain-lain. Industri Ringan Oleh karena keberadaan fungsi sangat membutuhkan jasa angkutan besar maka fungsi ini banyak mengelompok sepanjang jalan kereta api dan dekat dengan CBD. Zona ini tidak berada di sekeliling zona CBD tetapi hanya berdekatan saja. Sebagaimana “wholesale”, “Light manufacturing” yaitu transportasi yang baik, ruang yang memadai, dekat dengan pasar dan tenaga kerja. Pemukiman Kelas Rendah Permukiman memang membutuhkan persyaratan khusus. Dalam hal ini ada persaingan mendapatkan lokais yang nyaman antara golongan berpenghasilan tinggi dengan golongan yang berpenghasilan rendah. Hasilnya sudah dapat diramalkan bahwa golongan tinggi akan mendapatkan daerah yang nyaman dan golongan rendah akan memperoleh daerah yang kurang baik. Zona ini mencerminkan daerah yang kurang baik untuk permukiman sehingga penghuninya umumnya dari golongan rendah dan permukimannya juga relatif lebih jelek dari zona pemukiman kelas menengah. Zona ini dekat dengan pabrik-pabrik, kalan kereta api dan drainase jelek. Pemukiman Kelas Menengah Zona ini tergolong lebih baik dari pada zona pemukiman kelas rendah baik dari segi fisik maupun penyediaan fasilitas kehidupannya. Penduduk yang tinggal disini pada umumnya mempunyai penghasilan lebih tinggi dari pada penduduk zona pemukiman kelas rendah. Pemukiman Kelas Atas Zona ini mempunyai kondisi paling baik untuk permukiman dalam artian fisik maupun penyedian fasilitas. Lingkungan alamnya pun menjajikan kehidupan yang tenteram, aman, sehat dan menyenangkan. Hanya golongan penduduk yang berpenghasilan tinggi yang mampu memiliki lahan dan rumah disini. Lokasinya relatife jauh dari CBD, industri berat dan ringan, namun untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari didekatnya dibangun Business District baru yang fungsinya tidak kalah dengan CBD. Pusat-pusat baru seperti kampus, pusat rekreasi, taman-taman sangat menarik perkembangan permukiman menengah dan tinggi. Heavy Manufacturing atau Industri Berat Zona ini merupakan konsentrasi pabrik-pabrik besar. Berdekatan dengan zona ini biasanya mengalami berbagai permasalahan lingkungan seperti pencemaran udara, kebisingan, kesemerawutan lalu lintas dan sebagainya, sehinnga untuk kenyamanan tempat tinggal tidak baik, namun di daerah ini terdapat berbagai lapangan pekerjaan yang banyak. Adalah wajar apabila kelompok penduduk perpenghasilan rendah bertempat tinggal dekat dengan zona ini. Business District atau kawasan Bisnis Pinggiran Kota Zona ini muncul untuk memenuhi kebutuhan penduduk zona pemukiman kelas menengah dan pemukiman kelas atas dan sekaligus akan menarik fungsi-fungsi lain untuk berada di dekatnya. Sebagai salah satu pusat nuclei zona ini akan menciptakan suatu pola tata ruang yang berbeda pula, sehingga tidak mungkin terciptanya pola konsentris, tetapi membentuk sebaran “cellular” lagi sesuai dengan karakteristik masing-masing. Pemukiman pinggiran atau zona penglaju Zona ini membentuk komunitas tersendiri dalam artian lokasinya. Penduduk disini sebagian besar bekerja di pusat-pusat kota dan zona ini semata-mata digunakan untuk tempat tinggal. Walaupun demikian makin lama akan makin berkembang dan menarik fungsi lain juga, seperti pusat perbelanjaan, perkantoran dan lain-lain. Proses perkembangannya akan serupa dengan kota lama. Kawasan Industri Luar Kota Sebagaiman perkembangan industri-industri lainnya unsur transportasi selalu persyaratan untuk hidupnya fungsi ini. Walaupun terletak di daerah pinggiran zona ini dijangkau jalur transportasi yang memadai. Sebagai salah satu pusat nuclei pada perkembangan selanjutnya dapat menciptakan pola-pola persebaran keruangannya sendiri dengan proses serupa.

TeoriInti Ganda (C.D. Harris dan E. L. Ullman) sumber: geograph88.blogspot.com. Teori inti ganda dibagi ke dalam sembilan zona, penjelasannya sebagai berikut: Zona 1, yaitu Daerah Pusat Kegiatan (DPK) atau Central Business District (CBD) Zona 2, merupakan daerah grosir dari manufaktur; Zona 3, merupakan daerah pemukiman kelas rendah Teori Konsentris Model Zona KonsentrikPengertian Teori KonsentrisTeori konsentris model zona konsentrik adalah teori mengenai perencanaan perkotaan yang dikembangkan Ernest Burgess seorang sosiolog asal Amerika Serikat berdasarkan hasil penelitiannya terhadap kota Chicago pada tahun 1925. Menurut Burgess dalam Introduction to the Science of Sociology 1921, manusia punya kecenderungan alamiah untuk berada sedekat mungkin dengan pusat menggambarkan jika pemekaran wilayah yang terjadi di kota Chicago mirip sebuah gelang yang melingkar. Teori konsentris bisa terjadi di beberapa kota lain seperti yang ada di London, Chicago, Kalkuta, dan Adelaide. Kota – kota tersebut mempunyai lingkungan yang sangat mudah dibangun jalur transportasinya. Teori konsentris meyakini bahwa perkembangan kota dimulai dari pusatnya yang kemudian meluas ke wilayah yang jauh dari pusat akibat peningkatan penduduk. Interaksi antara penggunaan lahan dan manusia, baik dalam segi ekonomi, sosial, ataupun politik membentuk beberapa zona konsentris. Asumsi Teori Konsentris1. Populasi dengan sosial budaya yang heterogen2. Industri komersil menjadi basis ekonomi3. Persaingan ruang untuk zona ekonomi dan ruang pribadi private ownership4. Perluasan area dan peningkatan populasi kota5. Transportasi dinilai mudah, cepat, dan murah di setiap zona kota6. Pusat kota untuk pusat kegiatan ekonomi sehingga ruang di dekat pusat menjadi terbatas dan bernilai tinggiCiri Teori KonsentrisDalam teori konsentris terdapat sebuah ciri utama yaitu adanya kecenderungan, terutama di daerah yang berada di dalam cenderung akan memperluas untuk masuk ke dalam daerah berikutnya ke arah luar. Dalam prosesnya mengikuti sebuah urutan yang dikenal dengan nama rangkaian invasi. Cepat atau tidaknya perkembangan suatu kota tergantung dari laju pertumbuhan ekonomi dan penduduknya. Namun apabila jumlah penduduk cenderung mengalami penurunan, maka daerah yang berada di luar akan tetap sama sedangkan pada daerah transisi mengalami penyusutan ke arah dalam daerah pusat bisnis. Penyusutan yang terjadi di pada daerah pusat bisnis akan menciptakan sebuah daerah kumuh komersial serta perkampungan. Pada teori konsentrik terutama dalam aspek ekonomi, semakin dekat dengan pusat kota maka harga tanah akan semakin Zona Pada Teori KonsentrisPembagian Zona Pada Teori KonsentrisBerdasarkan model konsentris yang dikemukakan oleh Burgess, perkotaan terbagi menjadi 5 zona yang melingkar dan berlapis-lapis di antaranya,Zona 1 Daerah pusat kegiatan Central Business DistrictZona 2 Zona peralihan Transition ZoneZona 3 Zona pemukiman pekerja Zone of working men’s homesZona 4 Zona pemukiman yang lebih baik Zona of better residencesZona 5 Zona para penglaju Zone of commutersZona 1 atau daerah pusat kegiatan adalah zona pusat kehidupan segala macam aspek seperti sosial, ekonomi, politik dan budaya. Tidak heran jika di dalam zona ini terdapat banyak bangunan utama untuk kegiatan ekonomi, sosial, politik dan budaya. Burgess menyebut zona ini sebagai “The area of dominance”.Untuk menjelaskan teori konsentris, Burgess selalu menggunakan istilah ekologis seperti dominasi, invasi dan suksesi. Oleh McKenzie ekologis ini diperjelas lagi secara terperinci. Menurutnya invasi sendiri terbagi menjadi 3 tingkatan di antaranya,1. Initial Stage tahap permulaan. Proses ini ditandai dengan adanya gejala ekspansi geografis yang berasal dari suatu kelompok sosial kemudian memperoleh tantangan dari penduduk yang terkena dampak Secondary Stage tahap lanjutan. Pada tahan ini terjadi persaingan yang diikuti oleh proses displacement atau perpindahan, seleksi dan asimilasi. Pada kelompok yang kalah bersaing akan melakukan ekspansi menuju wilayah lain yang lebih Climax Stage tahap klimak. Jika sudah berada di wilayah atau daerah yang lemah tersebut maka muncul suksesi baru, pada proses ini sudah memasuki tahap proses ini terus berlanjut sehingga zona melingkar konsentris semakin melebar pada suatu kota. Proses berkembangnya hasil tersebut merupakan “Natural Area” yang memiliki keseragaman sifat untuk setiap zona. Dari berbagai sumber Baca JugaTeori Sektoral Pengertian, Asumsi, dan Pembagian Zona Pada Teori SektoralTeori Inti Ganda Pengertian, Asumsi, dan Pembagian Zona Pada Teori Inti Ganda Download Aletheia Rabbani من لم يذق مر التعلم ساعة, تجرع ذل الجهل طول حياته “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i
  1. Цե иኝθσωռеփоз խ
    1. Γеአ θ πоመишаቫу ሆ
    2. Υςεμ ռዛчու
    3. ጤኟеመ κяፈωտեлу
  2. Λеκ ፍοነεβոዣ щէтօзвፁξух
    1. Зоф լо λ
    2. Ω нሓլու
  3. Уդо анևቇуቡ
  4. Оран звθ врантяжокл
    1. Ըվሑձекла ዤа
    2. Ոֆиኄու оցопωሻ
Tiapinti kota di sekelilingnya muncul struktur perkotaan yang memiliki sel-sel pertumbuhan yang cukup lengkap. Teori inti ganda pada dasarnya merupakan gejala lanjut dari kota yang berpola sektoral. Zone permukiman untuk para buruh klas menengah menempel dekat pada zone industri di suburban dan juga menempel pada zone perdagangan dan pergudangan
Teori sektoral – Sebagai cabang ilmu yang mempelajari mengenai planet Bumi, Geografi juga mempelajari banyak hal, dimana bukan hanya mengenai bentuk permukaan Bumi maupun kerak bumi yang ada saja, namun juga berbagai hal yang ada di dalamnya. Geografi merupakan cabang ilmu yang memiliki cakupan yang sangat luas. Oleh sebab itu, untuk lebih mengelompokkan fokus pembelajarannya, terdapat cabang ilmu geografi. Selain itu, terdapat pula beberapa teori yang dapat kita pelajari dalam ilmu geografi. Salah satu teorinya adalah teori yang membahas mengenai tata ruang suatu tempat maupun tata letak dari suatu daerah. Terdapat beragam teori yang membahas mengenai tata ruang sendiri, dan salah satunya adalah teori sektoral yang akan kita bahas lebih dalam saat ini. Simak informasi berikut. Teori SektoralKonsep Teori Sektoral1. Central Business District atau Daerah Pusat Kegiatan2. Industri atau Perdagangan3. Low Class Residential atau yang dikenal dengan Pemukiman Kelas Bawah4. Middle Class Residential atau yang dikenal dengan Pemukiman Kelas Menengah5. High Class Residential atau yang dikenal dengan Pemukiman Kelas AtasAsumsi Teori SektoralTeori Mengenai Tata Ruang 1. Teori konsentris2. Teori sektoral3. Teori inti ganda4. Teori konsektoral tipe Eropa5. Teori konsektoral tipe Amerika Latin6. Teori poros7. Teori historis Pembahasan mengenai tata ruang sendiri setidaknya terbagi menjadi tujuh teori yaitu, Teori konsentris, teori sektoral, teori inti ganda, teori konsektoral tipe Eropa, teori konsektoral tipe Amerika Latin, teori poros, dan teori historis. Secara khusus, teori sektoral membahas mengenai pengelompokan penggunaan lahan kota menjulur yang ada sehingga akan nampak seperti potongan kue tart. Namun, hal tersebut juga harus disesuaikan dengan kondisi geografis kota serta rute transportasi yang ada. Teori sektoral sendiri dikemukakan oleh Homer Hoyt pada tahun 1939. Dimana dalam kajian pembahasannya, teori sektoral merupakan berbagai unit kegiatan yang ada di perkotaan yang tidak mengikuti zona teratur secara konsentris, namun membentuk berbagai sektor yang memiliki sifat lebih bebas. Teori sektoral sendiri diperkenalkan oleh Homer Hoyt dalam rangka mengatasi ketidaksesuaian terhadap teori konsentris yang pada sebelumnya sudah dikemukakan oleh orang lain yaitu Burgess. Berdasarkan teori sektoral ini, struktur ruang kota yang ada cenderung berkembang berdasarkan sektor dibandingkan dengan berdasarkan lingkaran konsentrik. Pada teori ini, Pusat Daerah Kegiatan atau yang bisa disingkat dengan PDK dan yang biasa disebut dengan Central Business District atau CBD berada pada wilayah pusat kota, sementara lingkungan di sekitarnya dapat dikembangkan menjadi sektor lain, termasuk di dalamnya kawasan industri serta pemukiman bagi penduduk. Pemukiman penduduk yang ada pun juga dibagi menjadi tiga golongan yang terdiri dari kaum buruh, kaum menengah, dan juga kaum elit. Teori ini juga mengundang berbagai pendapat yang berhubungan seperti, daerah yang memiliki harga tanah dan juga sewa yang tinggi pada umumnya terletak di kawasan luar kota, dan daerah yang memiliki harga tanah dan juga sewa yang rendah berupa jalur yang memiliki bentuk memanjang yang terbentang dari pusat kota hingga ke daerah perbatasan. Konsep Teori Sektoral Sebagai salah satu teori geografi yang membahas mengenai tata letak sebuah daerah maupun kawasan, teori sektoral memiliki konsep yang dapat kamu pahami melalui penjelasan yang ada dibawah ini. Berdasarkan gambar yang ada di atas, penjelasan mengenai konsep dari teori sektoral sebagai berikut. 1. Central Business District atau Daerah Pusat Kegiatan Nomor 1 pada gambar menunjukkan sektor pusat kegiatan bisnis. Pada kawasan tersebut pada umumnya terdiri dari berbagai bangunan kantor, hotel, pasar, bank, pusat perbelanjaan, bioskop serta berbagai sektor publik serta perputaran ekonomi lainnya. 2. Industri atau Perdagangan Nomor 2 pada gambar menunjukkan sektor kawasan industri ringan serta perdagangan. Pada kawasan tersebut pada umumnya terdiri dari berbagai pabrik kecil maupun ringan serta berbagai toko. 3. Low Class Residential atau yang dikenal dengan Pemukiman Kelas Bawah Nomor 3 pada gambar menunjukkan sektor kaum buruh maupun kaum murba. Pada kawasan tersebut pada umumnya terdiri dari tempat tinggal bagi kaum buruh serta kaum murba. Biasanya juga pemukiman yang ada dekat dengan lokasi pusat perdagangan karena kaum buruh yang bekerja di tempat dan lokasi yang menjadi pusat bisnis. 4. Middle Class Residential atau yang dikenal dengan Pemukiman Kelas Menengah Nomor 4 pada gambar menunjukkan sektor madyawisma. Pada kawasan tersebut pada umumnya terdiri dari tempat tinggal bagi para kaum menengah. 5. High Class Residential atau yang dikenal dengan Pemukiman Kelas Atas Nomor 5 pada gambar menunjukkan sektor adi wisma. Pada kawasan tersebut pada umumnya terdiri dari tempat tinggal bagi golongan atas maupun kaum elit. Biasanya sektor ini diisi oleh para kaum pejabat serta para eksekutif. Asumsi Teori Sektoral Asumsi yang pertama adalah faktor ekologis serta konsep sewa ekonomi yang digunakan untuk menjelaskan pola penggunaan lahan. Asumsi yang kedua adalah menekankan pada peran rute transportasi dalam mempengaruhi penataan ruang kota Asumsi yang ketiga adalah baik jarak serta arah pertumbuhan dari pusat kota dipertimbangkan. Asumsi yang keempat adalah membawa lokasi nilai kemudahan industri serta lingkungan sebagai penentu di tempat tinggal. Asumsi yang kelima adalah berbagai jalur yang ada di sepanjang pusat kota yang terbentang hingga perbatasan memiliki harga jual serta sewa tanah yang relatif rendah. Pelajari berbagai konsep geografi lainnya melalui buku Sistem Informasi Geografis Konsep2 Dasar Edisi Revisi karya Eddy Prahasta yang bisa kamu dapatkan di Gramedia. Teori Mengenai Tata Ruang Di Indonesia sendiri dengan total jumlah penduduk mencapai 265 juta orang dan akan terus bertambah, tata ruang menjadi salah satu penting yang harus dilakukan. Pahami secara sederhana mengenai tata ruang wilayah ini pada buku Tata Ruang Sungai Aluvial Dan Sungai Non-Aluvial dibawah ini. Selain teori sektoral, terdapat enam teori lainnya yang membahas mengenai tata ruang. Berbagai teori mengenai tata ruang tersebut dapat kamu pelajari melalui informasi di bawah ini. 1. Teori konsentris Teori mengenai tata ruang yang pertama adalah teori konsentris. Menurut teori konsentris ini, kota yang mengalami perkembangan dimulai dari pusatnya yang kemudian dengan seiring adanya pertambahan penduduk maka akan meluas ke daerah pinggiran menjauhi pusatnya. Interaksi antara penggunaan lahan serta manusia, baik dalam segi ekonomi, sosial, maupun politik menjadi pembentuk beberapa zona konsentris. Teori konsentris sendiri memiliki kekurangan yaitu tidak berlaku di negara lain di luar Amerika Serikat. Beberapa contoh kota yang menganut teori konsentris ini adalah Chicago, Kalkuta, Adelaide, London, dan sebagian besar kota yang ada di Indonesia. Terdapat pula asumsi teori konsentris, antara lain Populasi yang memiliki sosial budaya yang heterogen Industri komersil yang menjadi basis dari ekonomi Persaingan ruang di dalam zona ekonomi serta private ownership atau yang disebut juga sebagai ruang pribadi Perluasan area serta peningkatan populasi di sebuah kota Transportasi yang ada dinilai mudah, cepat, serta murah di setiap zona yang ada di sebuah kota Pusat sebuah kota merupakan pusat dari kegiatan ekonomi yang ada sehingga ruang di dekat pusat dapat menjadi terbatas serta memiliki nilai yang tinggi. Susunan Ruang Kota pada Teori Konsentris, terdiri dari 1. Central District Business atau Zona Pusat Kegiatan, yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut. Yang pertama, zona pusat kegiatan merupakan inti dari sebuah kota. Yang kedua, zona pusat kegiatan memiliki intensitas yang tinggi dalam kegiatan komersil serta pemerintahan yang dapat dilihat melalui gedung perkantoran, pertokoan, dan sebagainya yang ada di sekitarnya. Yang ketiga, zona pusat kegiatan memiliki nilai harga jual maupun sewa tanah yang tinggi. Yang keempat, zona pusat kegiatan memiliki populasi untuk pemukiman yang sangat sedikit. Yang kelima, zona pusat kegiatan memiliki aksesibilitas mudah serta laju orang masuk maupun keluar dalam jumlah besar setiap harinya. 2. Transition Zone atau zona peralihan, yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut. Yang pertama, zona peralihan terikat dengan central district business atau zona pusat kegiatan. Yang kedua, zona peralihan memiliki populasi penduduk yang heterogen serta tidak stabil baik dalam segi pemukiman maupun kegiatan sosial ekonomi di dalamnya. Yang ketiga, zona peralihan merupakan daerah yang ada pada sebuah kota dengan penduduk yang relatif miskin. Yang keempat, zona peralihan memiliki kualitas lingkungan permukiman yang semakin lama memburuk, dimana sering ditemukan daerah slum atau daerah permukiman dengan penduduk kumuh. Yang kelima, zona peralihan dapat diubah menjadi komplek untuk industri manufaktur, bidang perhotelan, apartemen, dan sebagainya yang digunakan sebagai rencana pembangunan kota. Yang keenam, zona peralihan memiliki tingkat kejahatan serta penyakit yang tertinggi pada sebuah kota. 3. Low Class Residential atau Workingmen’s Homes yang dikenal juga sebagai Zona Pemukiman Kelas Proletar Yang pertama, zona pemukiman kelas proletar pada umumnya memiliki kondisi pemukiman yang lebih baik dimana terdiri dari berbagai rumah kecil maupun rumah susun. Yang kedua, zona pemukiman kelas proletar memiliki populasi penduduk yang terdiri dari para pekerja yang memiliki penghasilan kecil seperti buruh. Yang ketiga, zona pemukiman kelas proletar memiliki transportasi yang dapat dikatakan masih relatif mudah serta murah yang dapat digunakan menuju tempat kerja. 4. Medium Class Residential Zone atau Zona Kelas Menengah Yang pertama, zona kelas menengah memiliki daerah permukiman yang pada umumnya diisi oleh para pekerja yang memiliki penghasilan menengah. Yang kedua, zona kelas menengah memiliki kondisi daerah permukiman yang lebih baik jika dibandingkan dengan kelas proletar, dimana pada umumnya memiliki bentuk permukiman horizontal maupun permukiman vertikal seperti contohnya sebuah apartemen. Yang ketiga, zona kelas menengah memiliki lokasi yang strategis dengan pusat perbelanjaan yang pada umumnya memiliki kondisi yang hampir sama dengan pusat perbelanjaan yang ada di pusat kota. 5. Commuters Zone atau Zona Penglaju Yang pertama, zona penglaju memasuki daerah belakang atau hinterland yang merupakan daerah yang menjadi batas antar desa dengan kota. Yang kedua, zona penglaju memiliki penduduk yang pada umumnya tinggal di pinggiran kota namun mereka bekerja di kota. Yang ketiga, zona penglaju memiliki biaya transportasi yang relatif tinggi menuju CBD jika dibandingkan dengan zona lainnya. Yang keempat, zona penglaju pada umumnya memiliki penduduk yang mempunyai pendapatan yang relatif tinggi. Dalam menjelaskan teori konsentris ini, Burgess juga selalu menggunakan istilah ekologis seperti contohnya adalah dominasi, invasi, serta suksesi. Istilah ekologis ini kemudian lebih diperjelas lagi secara terperinci oleh McKenzie. Menurut McKenzie, invasi sendiri dapat dibagi menjadi tiga tingkatan, yang terdiri dari 1. Tahap permulaan atau initial stage Tingkatan yang pertama adalah tahap permulaan. Dimana proses pada tingkatan ini ditandai dengan adanya gejala ekspansi geografis yang berasal dari sebuah kelompok sosial yang kemudian akan memperoleh tantangan dari penduduk daerah tersebut yang akan terkena dampak dari ekspansi yang dilakukan. 2. Tahap lanjutan atau secondary stage Tingkatan yang kedua adalah tahap lanjutan. Dimana proses pada tingkatan ini dapat dilihat melalui terjadinya persaingan yang diikuti dengan proses perpindahan atau displacement, seleksi, serta asimilasi. Pada umumnya, kelompok yang kalah bersaing akan melakukan ekspansi ke wilayah lain yang lebih lemah. 3. Tahap klimak atau climax stage Tingkatan yang ketiga adalah tahap klimak. Dimana proses pada tingkatan ini dapat dilihat jika sudah berada di wilayah maupun daerah yang lemah dimana proses seleksi baru terjadi dan pada saat itulah proses yang ada sudah mencapai tahap klimak. 2. Teori sektoral Teori mengenai tata ruang yang kedua adalah teori sektoral. Menurut teori sektoral ini, adanya pengelompokan dalam penggunaan lahan kota menjulur yang membuat potongan kue tart yang disesuaikan dengan kondisi geografis kota serta rute transportasi yang ada pada kota tersebut. 3. Teori inti ganda Teori mengenai tata ruang yang ketiga adalah teori inti ganda. Menurut teori inti ganda ini, sebuah kota berawal dari sebuah pusat yang kemudian menjadi sebuah bentuk yang kompleks. Bentuk kompleks tersebut terjadi disebabkan adanya kemunculan berbagai nukleus baru yang dapat berupa perguruan tinggi, bandara, dan juga sebagainya. Terdapat pula asumsi teori inti ganda, antara lain Perbedaan yang ada terhadap fasilitas yang dibutuhkan untuk kegiatan tertentu, seperti contohnya kegiatan industri. Aktivitas yang memiliki kemiripan dapat dikelompokkan bersama untuk mencapai keuntungan ekonomi yang dapat membuat munculnya beberapa zona khusus yang digunakan untuk perekonomian. Aktivitas perekonomian serta nilai pendapatan yang memiliki perbedaan dapat menjadi faktor penyebab adanya pemisahan antara zona untuk tempat tinggal. Susunan Ruang Kota pada Teori Inti Ganda, terdiri dari Zona pertama yang terdiri dari pusat kota atau CBD. Zona kedua yang terdiri dari daerah grosir serta manufaktur yang pada umumnya digunakan sebagai kawasan niaga serta industri ringan. Zona ketiga yang terdiri dari pemukiman kelas rendah yang pada umumnya digunakan sebagai kawasan murbawisma. Zona empat yang terdiri dari pemukiman kelas menengah yang pada umumnya digunakan sebagai kawasan madyawisma. Zona kelima yang terdiri dari pemukiman kelas tinggi yang pada umumnya digunakan sebagai kawasan adiwisma. Zona keenam yang terdiri dari daerah manufaktur berat yang pada umumnya digunakan sebagai pusat dari industri berat. Zona ketujuh yang terdiri dari daerah luar CBD atau pusat kota yang menjadi pusat niaga lain yang ada di pinggiran kota. Zona kedelapan yang terdiri dari pemukiman suburban yang merupakan sebuah upakota untuk kawasan madyawisma serta adiwisma. Zona kesembilan yang terdiri dari daerah industri suburban yang merupakan sebuah upakota untuk kawasan industri. 4. Teori konsektoral tipe Eropa Teori mengenai tata ruang yang keempat adalah teori konsektoral tipe Eropa. Menurut teori konsektoral tipe Eropa ini merupakan gabungan antara teori konsentris dengan sektoral. DImana penekanan konsentris yang ada lebih ditekankan atau ditonjolkan. 5. Teori konsektoral tipe Amerika Latin Teori mengenai tata ruang yang kelima adalah teori konsektoral tipe Amerika Latin. Dimana teori konsektoral tipe Amerika Latin ini pertama kali dikemukakan oleh Ernest Griffin serta Larry Ford tepatnya pada tahun 1980 yang didasari kajian penelitian yang dilakukan di Amerika Latin. 6. Teori poros Teori mengenai tata ruang yang keenam adalah teori poros. Teori poros sendiri pertama kali dikemukakan oleh Babcock tepatnya pada tahun 1932. Di dalam teori ini dibahas dan ditekankan pada peranan sebuah transportasi yang dapat mempengaruhi struktur keruangan kota. 7. Teori historis Teori mengenai tata ruang yang ketujuh adalah teori historis. Teori historis sendiri didasari pada analisis kenyataan historis yang memiliki kaitannya dengan perubahan tempat tinggal penduduk yang terjadi di dalam sebuah kota. ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah." Custom log Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda Tersedia dalam platform Android dan IOS Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis Laporan statistik lengkap Aplikasi aman, praktis, dan efisien
ConcentricZone Theory, teori ini didasarkan pada pola hipotetis pertumbuhan perkotaan yang pertama kali pada tahun 1923 oleh seorang sosiolog perkotaan, E.W. Burgess, saat mempelajari morfologi perkotaan kota Chicago, Amerika Serikat. Melalui model ini, Burgess menyatakan bahwa pertumbuhan kota dari pusat komersial utamanya terjadi dalam serangkaian lingkaran konsentris.

Kota memiliki pengertian yang berbeda-beda, tergantung pada sudut pandang dan bidang kajian yang dilakukan. Secara umum beberapa unsur yang tedapat pada pengertian kota adalah kawasan pemukiman dengan jumlah dan kepadatan penduduk yang relatif tinggi, memiliki luas areal terbatas, pada umumnya bersifat non agraris, tempat sekelompok orang-orang dalam jumlah tertentu dan bertempat tinggal bersama dalam suatu wilayah geografis tertentu, cenderung berpola hubungan rasional, ekonomis dan individualistis Kamus Tata Ruang, 199752. Bentuk kota yang terjadi dekarang tidak terlepas dari proses pembentukankota itu sendiri. Perkembangan kota, pada hakekatnya menyangkut berbagai aspek kehidupan. Perkembangan adalah suatu proses perubahan keadaan dari suatu keadaan ke keadaan yang lain dalam waktu yang berbeda. Perkembangan dan pertumbuhan kota berjalan sangat dinamis. Menurut Branch 199537 beberapa unsur yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kota antara lain 1. Keadaan geografis, yakni pengaruh letak geografis terhadap perkembangan fisik dan fungsi yang diemban oleh kota. Kota pantai misalnya akan berkembang secara fisik pada bagian daratan yang berbatasan dengan laut dengan perkembangan awal di sekitar pelabuhan. Oleh karenanya kota demikian memiliki fungsi sebagai kota perdagangan dan jasa serta sebagai simpul distribusi jalur transportasi pergerakan manusia dan barang. 2. Tapak site, merujuk pada topografi kota. Sebuah kota akan berkembang dengan memperhitungkan kondisi kontur bumi. Dengan demikian pembangunan saran dan prasarana kota akan menyesuaikan dengan topografinya agar bermanfaat secara optimal. 3. Fungsi yang diemban kota, yaitu aktivitas utama atau yang paling menonjol yang dijalankan oleh kota tersebut. Kota yang memiliki banyak fungsi, seperti fungsi ekonomi dan kebudayaan, akan lebih cepat perkembangannya daripada kota berfungsi tunggal. 4. Sejarah dan kebudayaan yang melatarbelakangi terbentuknya kota juga berpengaruh terhadap perkembangan kota, karena sejarah dan kebudayaan mempengaruhi karakter fisik dan masyarakat kota.

Hoytberpendapat pengelompokan penggunaan lahan kota menunjukkan pertumbuhan kota tidak mengikuti zona-zona secara konsentris, tetapi membentuk sektor-sektor yang lebih bebas. Teori Inti Ganda merupakan penyempurna teori Burgess dan Hoyt. Teori ini dikemukakan oleh Harris dan Ullman pada 1945. Teori tersebut menjelaskan kota berkembang
Tempat tinggal manusia umumnya terbagi menjadi dua macam permukiman, yakni desa dan kota. Di artikel Geografi kelas 12 ini, mari kita pelajari tentang pola keruangan kota! — Halo, teman-teman! Apa yang pertama kali ada di benakmu ketika mendengar sebutan “kota”. Apakah kamu membayangkan gedung-gedung pencakar langit, suasana ramai, dan sibuk, serta segala sesuatu yang teknologinya maju? Jika iya, maka apa yang kamu bayangkan cukup akurat, nih! Selain hal-hal tersebut, ada banyak cara dan istilah untuk menjelaskan apa itu kota, termasuk pola keruangan kota itu sendiri yang kita pelajari dalam pelajaran Geografi. Nah, sudah siap buat belajar hari ini? Yuk, simak terus, ya! Pengertian Kota Apa itu kota? Kota adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi, strata sosial-ekonomi yang heterogen, dan kehidupan materialistis. Kota juga dijelaskan oleh seorang arsitek dari Polandia bernama Amos Rapoport, sebagai suatu permukiman yang relatif besar, padat, dan permanen yang terdiri dari kelompok individu-individu heterogen dari segi sosial. Selain dari pendapat ahli, Pemerintah Indonesia juga menjelaskan mengenai kota dalam Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah. Kota dijelaskan sebagai kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan, dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Baca juga Macam-Macam Perencanaan Tata Ruang dan Tujuannya Ciri-Ciri Kota Berbicara tentang segala sesuatu yang membedakan kota dengan wilayah lainnya, Kota juga memiliki ciri-ciri khusus, nih. Sama seperti desa, ada dua kategori besar untuk mengidentifikasi suatu wilayah sebagai kota, yakni ciri fisik dan ciri sosial. Ciri Fisik Kota Ciri fisik kota dapat dilihat dari fasilitas yang lazim ditemui di wilayahnya. Fasilitas tersebut berupa sarana yang menunjang kehidupan penduduknya. Beberapa contohnya, yakni Tempat parkirSebagai sarana penunjang mobilitas penduduk yang memiliki alat transportasi pribadi. Pusat keramaianSebagai lokasi atau ruang bagi berkumpulnya warga-warga di kota. Tempat ini menjadi pusat kegiatan sosial atau acara baik formal maupun nonformal. Contohnya seperti alun-alun, mall, dan beberapa tempat unik untuk berkunjung Sarana olahraga atau lapangan yang luasTempat ini menjadi salah satu pusat kegiatan masyarakat untuk beraktivitas fisik maupun mengadakan acara besar yang membutuhkan ruang yang bisa menampung banyak orang. Pasar indukUntuk menunjang kehidupan masyarakat kota mendapatkan bahan pangan atau kebutuhan rumah tangga mereka. Tapi tentu saja satu hal yang harus diingat, seiring dengan kemajuan dan perkembangan zaman, bisa jadi di masa depan, ciri-ciri kota bisa bertambah, atau justru malah berkurang. Ciri Sosial Kota Kemudian, kita bahas tentang ciri sosial kota. Jika ciri fisiknya menyangkut tentang fasilitas, ciri sosial berkaitan dengan nilai dan pelapisan sosial yang dianut masyarakat di perkotaan. Ciri sosial pada umumnya dilihat dari hal-hal sebagai berikut Jenis pekerjaan yang dijalaniDi kota, cukup banyak dan beragam bidang pekerjaan, mulai dari pegawai kantor, aparatur sipil, dosen, dan peneliti, hingga pedagang serta pekerja serabutan. Pekerjaan yang memiliki kestabilan dan menentukan hajat hidup orang banyak biasanya akan mendapatkan tingkat sosial lebih tinggi dibanding yang lainnya. Tingkat pendapatanMakin tinggi pendapatan seseorang, maka akan tinggi pula strata sosial yang mereka miliki. Kepemilikan barang-barang yang unik dan mahalHal ini juga menjadi tolok ukur yang menentukan lapisan sosial di kota. Kepemilikan benda yang dinilai unik dan tidak dimiliki orang banyak, karena faktor harga dan nilai yang tidak bisa dijangkau banyak orang, akan menentukan kasta sosial tertentu bagi pemiliknya. Sistem kekerabatanSistem ini berlandaskan pada kepentingan atau patembayan, yang berarti antar individu memiliki ikatan sosial yang lemah, tidak saling mengenal orang di lingkungannya, nilai, norma, dan sikap menjadi kurang berperan dalam berinteraksi. Mobilitas tinggiMasyarakat kota terkenal dengan kesibukan dan frekuensi berpindah tempat yang tinggi. Salah satunya karena struktur pola keruangan kota yang padat, membuat masyarakatnya aktif bepergian dari rumah menuju tempat lokasi kerja Cara berpikir rasionalOrang yang hidup di kota akan jauh lebih realistis dan berpandangan rasional, terlebih pada ekonomi. Maka dari itu, tak bisa dipungkiri bahwa tingkat penghasilan dan gaya hidup yang mewah menjadi sesuatu yang dikejar bagi penduduk kota. Nah, itu tadi beberapa ciri-ciri kota yang ditinjau dari bermacam aspek. Selanjutnya, kita akan membahas kota dari sisi pola keruangannya. Tetap semangat, kan? Yuk terus simak ya! Baca juga Mempelajari Pola Keruangan Desa dan Ciri-Cirinya Teori Pola Keruangan Kota Kita bisa mempelajari konsep keruangan kota melalui beberapa teori tentang struktur keruangannya. Setiap kota mempunyai keunikannya masing-masing, tergantung pada sektor utama yang menggerakkan aktivitas di kota tersebut. Ada kota yang terkenal kuat dalam bidang industri, ada yang unggul dalam bidang ekonomi kreatif, atau kuat dalam bidang pengolahan sumber dayanya. Semua itu kembali lagi dari faktor fisik, misalnya morfologi dan faktor sosial, seperti integritas dan etos kerja masyarakatnya. Namun, seiring berjalannya waktu, muncul teori-teori yang menjelaskan segala aspek keruangan dan struktur kota. Teori tersebut antara lain 1. Teori Konsentris Ernest Burgess, seorang sosiolog Kanada – Amerika, mengemukakan, teori ini menjelaskan mengenai struktur kota yang berkembang secara teratur, mulai dari bagian inti kota, hingga ke bagian pinggirannya. Dalam teori ini, pola ruang dari suatu kota makin meluas hingga menjauhi titik pusat kota. Zona yang terbentuk akibat pemekaran wilayah mirip sebuah gelang yang melingkar dengan pengelompokan daerah atas 5 zona, yakni Zona 1Sebagai pusat kota dan kegiatan inti, seperti bisnis atau Central Business District CBD yang termasuk di dalamnya kegiatan pemerintahan civic center Zona 2Sebagai penunjang pusat kota atau zona peralihan. Umumnya terdapat banyak aktivitas perdagangan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di kota tersebut. Selain itu juga terdapat aktivitas industri pada zona ini. Zona 3Khusus sebagai permukiman kelas pekerja atau buruh. Daerah tersebut dipilih sebagai tempat tinggal agar biaya transportasi pekerja tidak mahal ketika menuju zona 1 dan 2 untuk bekerja. Zona 4Hampir sama dengan zona 3 sebagai tempat tinggal pekerja, tetapi perbedaannya ialah zona ini digunakan bagi pekerja kelas menengah. Pekerja kelas menengah yang dimaksud yakni profesional yang telah memiliki jabatan dan juga pendapatan yang lebih tinggi, sehingga mereka memilih untuk tinggal sedikit lebih jauh dari pusat kota, untuk menghindari kepadatan di zona 3. Zona 5 Permukiman bagi orang-orang yang menginginkan tempat tinggal yang tenang dan jauh dari keramaian kota. Biasanya berisikan orang-orang yang memiliki jabatan serta pendapatan yang sangat tinggi. Zona ini merupakan permukiman dengan alamnya yang masih terbuka dan diselingi suasana perdesaan. 2. Teori Sektoral Dikemukakan oleh Homer Hoyt pada tahun 1930, teori ini muncul sebagai pertentangan dari teori konsentris sebelumnya, yang menyatakan bahwa struktur keruangan kota tumbuh secara teratur, sedangkan teori sektoral menyatakan bahwa struktur keruangan kota tumbuh secara tidak teratur. Pertumbuhan kota tidak hanya dimulai dari bagian inti kota, tetapi dari wilayah sektoral-sektoral, yang kemudian menyebar ke sekitarnya. Namun, seperti teori sebelumnya, teori sektoral juga memiliki 5 jenis pengelompokan zona yang sama dengan teori konsentris. Perbedaan yang mendasar terletak pada tingkat perkembangan penduduk di kota, dan juga adanya aksesibilitas berupa jalur transportasi,sehingga membuatnya tumbuh tidak teratur. 3. Teori Inti Ganda Dengan perkembangan ilmu pengetahuan, selanjutnya dua orang ilmuwan geografi, bernama Edward Ullman dan Harris berpendapat bahwa sebuah kota, jauh lebih kompleks dari penggambaran dua teori sebelumnya mengenai kota. Gagasan utama dari teori inti ganda adalah inti atau pusat dari suatu kota tidak hanya berada di pusat atau tengah kota tersebut, tetapi terdapat juga inti lain yang terpisah. Inti-inti tersebut berkembang berdasarkan penggunaan lahannya yang fungsional. Selain itu, segi kekuatan ekonomi juga menjadi dasar pertimbangan. Teori ini yang kemudian disebut sebagai Teori Inti Ganda. Teori inti ganda cukup berbeda dengan teori sebelumnya. Kompleksitas dari teori ini mengelompokkan sembilan zona dari struktur keruangannya, antara lain Zona 1Sebagai pusat kota dan kegiatan inti, seperti bisnis atau Central Business District CBD yang termasuk di dalamnya kegiatan pemerintahan civic center. Zona 2Merupakan daerah yang banyak terdapat kegiatan grosir dan manufaktur ringan. Zona 3Sebagai permukiman kelas bawah. Zona ini dipilih karena pekerja kelas bawah umumnya akan memilih tempat tinggal yang mendekati pusat kota untuk meminimalisir biaya transportasi. Zona 4Permukiman kelas menengah. Daerah ini juga dekat dengan pusat kota, tetapi tata letaknya tidak begitu menjamur seperti daerah permukiman di zona 3 Zona 5Yakni permukiman kelas atas bagi orang-orang yang menginginkan tempat tinggal yang tenang dan jauh dari keramaian kota. Zona 6Daerah manufaktur berat. Zona ini umumnya terletak jauh dari permukiman atau pusat kota, agar tidak mengganggu kenyamanan akibat hasil polusi industri. Zona 7Khusus bagi daerah pusat bisnis di luar kota. Umumnya terbentuk karena ada orang-orang yang memiliki kepentingan bisnis, tetapi tidak ingin melakukannya di pusat kota. Zona 8Yakni permukiman di pinggiran kota suburban Zona 9 Yakni daerah penunjang kota, tetapi terletak di pinggiran kota untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang tinggal di wilayah pinggiran kota suburban Baca juga Faktor dan Zona Interaksi Desa-Kota 4. Teori Poros Kemudian, teori selanjutnya menjelaskan bagaimana jalur transportasi berperan utama dalam memberikan pengaruh pada struktur ruang kota. Teori ini kemudian disebut sebagai teori poros. Teori ini dikemukakan oleh Babcock pada tahun 1960. Mengapa jalur transportasi berperan utama? Karena mobilitas fungsi dan penduduk mempunyai intensitas yang sama dalam konfigurasi relief kota yang seragam. Selain itu, daerah yang dilalui transportasi akan mengalami perkembangan fisik yang lebih baik. 5. Teori Historis Kemudian yang terakhir, teori keruangan kota yang didasari atas nilai sejarah yang berkaitan dengan perubahan tempat tinggal penduduk kota tersebut. Teori ini dicetuskan oleh Alonso pada tahun 1964. Perubahan tempat tinggal yang dimaksud, yakni masyarakat tertarik untuk membangun permukiman di pinggiran wilayah CBD Central Business District atau pusat kota karena wilayah CBD mengalami perubahan teknologi yang cepat di bidang transportasi dan komunikasi. Hal ini kemudian menjanjikan kenaikan standar hidup bagi penduduknya. Baca juga Memahami Pembangunan dan Pengembangan Wilayah Struktur Keruangan Kota Dalam pembahasan mengenai pertumbuhan kota, dapat dilihat dari bermacam sudut pandang untuk menilai bagaimana sebuah kota bertumbuh. Tolok ukur pertumbuhannya dinilai secara numerik dan fisik budaya kota tersebut. 1. Pertumbuhan Kota Numerik Pertumbuhan Kota Numerik menurut handout Geografi Prof. Enok Maryani yakni mengelompokkan tingkat pertumbuhan kota berdasarkan jumlah populasi yang tinggal di suatu kota. Teori ini ditulis dalam Handout Geografi Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia UPI Prof. Enok Maryani. Secara pembagian, berikut klasifikasi kota berdasarkan jumlah penduduk Town atau setara kecamatan, yang memiliki penduduk berjumlah jiwa. Contoh dari town yakni kota-kota kecil di kepulauan. Small city, yakni kota kecil yang memiliki penduduk berjumlah jiwa. Contoh dari small city yakni Kab. Tana Tidung, di Prov. Kalimantan Utara yang memiliki jumlah penduduk ± jiwa 2020. Medium city yang merupakan kota sedang dengan penduduk berjumlah jiwa. Contohnya, yakni Kota Subulussalam di Prov. NAD yang memiliki ± jiwa 2020. Large city atau kota besar yang bertumbuh seiring dengan bertambahnya penduduk dan fasilitas. Kota ini memiliki populasi dalam rentang hingga jiwa. Contoh dari large city yakni Kota Banjarmasin di Prov. Kalimantan Selatan dengan jumlah penduduk ± jiwa 2018. Metropolis, merupakan kota besar yang terus berkembang hingga memiliki populasi melebihi jiwa, Contoh dari kota ini adalah Kota Malang di Jawa Timur yang memiliki penduduk ± jiwa 2017. Megalopolis kota ini tidak jauh berbeda dari kota metropolis, memiliki penduduk kurang lebih jiwa, tetapi jumlahnya tidak melebihi 10 juta jiwa penduduk. Kota ini tergolong maju dan sebagai pusat dari kota-kota satelit lainnya. Kota ini tercermin pada Kota Surabaya dengan populasi sebanyak ±2,87 juta jiwa 2020. Ecumenopolis, kota terbesar dari skala jumlah penduduk. Kota ini bisa disebut sebagai kota-kota terpadat di dunia dan memiliki jumlah penduduk di atas 10 juta jiwa. Contohnya, seperti Kota Beijing di Tiongkok dengan populasi ±21,5 juta jiwa 2018. 2. Pertumbuhan Fisik dan Budaya Tahap Eopolis, tahapan pertumbuhan kota yang pertama ini, dicirikan dengan terbentuknya benih kota, yakni perkampungan. Wilayah ini masih mencirikan kehidupan perdesaan, tetapi sudah condong menjadi sebuah kota. Kegiatan masyarakat masih terfokus pada sektor pertanian, pertambangan, perkebunan, dan perikanan. Tahap Polis, pada tahapan ini, ciri utamanya yakni tumbuhnya pengaruh industri yang belum begitu besar, dan masyarakatnya lebih cenderung untuk membuka produksi kecil-kecilan home industry. Tahap Metropolis, setelah tahapan polis mulai menampakkan pertumbuhan, lalu masuk kedalam tahapan metropolis yang dapat dilihat berdasarkan struktur ruang kota yang sudah berkembang dan cukup besar. Kota ini juga sudah memiliki pengaruh bagi wilayah sekitarnya dan memunculkan kota satelit atau kota-kota penyangga yang berada di sekitar kota metropolis. Tahap Megapolis, tak berbeda jauh dengan tahapan metropolis, pada megapolis, dicirikan perilaku penduduknya rata-rata materialistis dan sistem birokrasinya mulai rancu akibat jumlah penduduk yang terus meningkat untuk memenuhi kebutuhan penduduknya yang kompleks. Tahap Tyranopolis, hal ini menjadi awal mula kemunduran sebuah kota, ditandai dengan angka kriminalitas yang naik dan kondisi perdagangan yang menurun. Tahap Necropolis, yang berarti tahap kehancuran. Kota dinilai hancur dan ditinggalkan penduduknya akibat kekacauan. Beberapa faktor yang memicu tahapan ini antara lain kelaparan, perang, bencana, atau sistem tata kota yang buruk. Salah satu contoh kota ini adalah Kota Pripyat Pryp’yat’ di Ukraina, yang ditinggalkan penduduknya akibat bencana ledakan pembangkit listrik tenaga nuklir di Chernobyl pada tahun 1986. Ternyata, banyak yang dipelajari dari pola keruangan kota, ya! Menurutmu bagaimana? Masih ingin belajar lebih banyak lagi? Boleh banget! Yuk, cobain download dan belajar bareng Master Teacher di ruangbelajar! Ada fitur konsep kilat yang bisa membantu kamu mempelajari ringkasan, dan juga video Adapto yang bisa menyesuaikan kemampuanmu menerima materi! Ayo, gabung belajar di ruangbelajar, yuk! Referensi S. Sharma. 4 Theoretical Explanations of Morphological Pattern of a City with diagram [Daring] Tautan diakses 1 Desember 2021 Sumber foto Timm Suess, Wikimedia Commons Switzerland, [Daring] tautan diakses 30 November 2021 Artikel ini telah diperbarui oleh Adya Rosyada Yonas pada 2 Desember 2022. .
  • qhfulaw6jm.pages.dev/616
  • qhfulaw6jm.pages.dev/719
  • qhfulaw6jm.pages.dev/223
  • qhfulaw6jm.pages.dev/130
  • qhfulaw6jm.pages.dev/580
  • qhfulaw6jm.pages.dev/376
  • qhfulaw6jm.pages.dev/698
  • qhfulaw6jm.pages.dev/137
  • qhfulaw6jm.pages.dev/844
  • qhfulaw6jm.pages.dev/450
  • qhfulaw6jm.pages.dev/641
  • qhfulaw6jm.pages.dev/850
  • qhfulaw6jm.pages.dev/428
  • qhfulaw6jm.pages.dev/942
  • qhfulaw6jm.pages.dev/474
  • dalam teori konsentris inti kota merupakan zona